Bagaimana Mengontrol Budget Iklan Agar Efektif?

May 18, 2017 | Insight

tgl 16Telah menjadi hal paling dasar yang akan ditemui oleh para advertisers tentang; Berapa biaya beriklan di Google AdWords? Berapa biaya promosi iklan di social media ad? Berapa biaya beriklan di media konvensional? Dan lain sebagainya. Bahkan pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan bahan dasar yang langsung diungkapkan. Benar bukan? Satu pertanyaan berikutnya ialah bagaimana iklan dapat menghasilkan ROI atau Return on Investment yang baik.

Agar iklan Anda menjadi tidak sia-sia (hanya membakar uang), ada beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan sejak awal. Berikut tips bagaimana mengontrol budget iklan Anda agar efektif.

Baca juga: 3 Strategi Pemasaran Digital yang Digunakan Oleh Brand Top Konsumen yang Mencapai CPA Rendah dan ROI Tinggi

Tips budgeting

Secara umum terdapat 2 cara bagi Anda untuk menentukan budget dalam beriklan, yakni melalui metode bottom up dan top down. Idealnya metode bottom up merupakan langkah yang terbaik dalam menentukan budget beriklan Anda, namun memang metode tersebut terbilang sulit. Berikut perincian metodenya:

1. Goal yang ingin dituju

Dasar pertimbangan yang paling utama ialah tujuan campaign beriklan Anda. Apakah website traffic? Sales lead? Pertumbuhan audience dan branding? Subscriber email? Followers atau fan social media? Dan lain sebagainya. Di tahap ini Anda juga harus menetapkan target angka yang ingin dicapai dalam jenjang waktu tertentu. Idealnya semakin spesifik Anda dapat menentukan goal dan kpi, akan semakin baik hasil yang didapat dari beriklan.

Contoh; target beriklan Anda ingin mencapai angka conversion rate 3% dengan kenaikan website traffic sebesar 40% dalam waktu 6 bulan.

2. Target Audience

Tentukan siapa target audience Anda secara detail. Apakah pria atau wanita? Kelas social tertentu? Usia dewasa atau semua usia? Seluruh Indonesia atau hanya di kota-kota tertentu? Dan lain sebagainya. Semua langkah tersebut dapat Anda jadikan dasar untuk menentukan channel dalam beriklan.

Contoh; target audience Anda adalah pria dan wanita yang tergolong kelas A yang mampu membeli apartemen Anda yang memiliki nilai jual mahal. Oleh karena itu Anda dapat memilih channel beriklan di premium-premium website atau display ad di Google.

3. Analisis Kompetitor

Di tahap ini Anda akan melakukan mapping dan survey tentang kompetitor bisnis. Dapatkah Anda membaca strategi marketing mereka? Apa saja kekuatan dan kelemahan mereka? Di media channel mana sajakah mereka beriklan? Dan sebagainya. Beberapa channel beriklan seperti Google AdWords terdapat tools yang dapat digunakan untuk mendapatkan competitor insight. Disini Anda dapat melihat perbandingan iklan Anda dengan kompetitor dan bagaimana performanya.

Setelah mendapatkan competitor insight, Anda akan mendapatkan gambaran bagaimana langkah Anda selanjutnya untuk memperbaiki kinerja iklan Anda. Dengan kinerja iklan yang baik, maka otomatis Anda akan menghasilkan ROI yang positif pula.

4. Evaluasi Resources

Berapakah maksimal budget Anda? Di channel mana sajakah Anda sudah beriklan? Apakah selama ini hasilnya cukup baik? Dan sebagainya. Di tahap ini Anda akan tahu apa yang salah dan perlu diperbaiki dalam marketing strategy Anda. Tentukan skala prioritas yang mana yang harus Anda lakukan terlebih dahulu.

Contoh; Anda memiliki peningkatan dalam website traffic sebesar 60% namun memiliki engagement rate yang sangat rendah dan mempengaruhi tingkat penjualan. Hal yang harus Anda lakukan berikutnya ialah melihat kembali website Anda apakah memiliki kendala di UI maupun UX nya.

Baca juga: Untung Ruginya Jualan Produk di Marketplace

Berbalik dengan metode bottom up, metode top down akan menentukan strategy marketing serta kpi-nya dengan menyesuaikan budget yang telah Anda tetapkan sebelumnya. Harus diingat, dalam menentukan anggaran budget, angka yang dicapai ialah harus masuk akal dan realistis. Pertimbangan-pertimbangan dalam metode ini adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan persentase sales

Agar meminimalisir resiko beriklan yang sia-sia, Anda dapat menyisihkan sekitar 10% dari total penjualan Anda sebelumnya untuk target promosi berikutnya. Dengan cara ini Anda dapat menggunakan budget yang tetap namun fleksibilitasnya terbatas.

2. Media channel benchmark

Apabila sebelumnya Anda telah pernah menjalankan campaign iklan di salah satu media channel seperti Google, Anda dapat menyisihkan beberapa persen budget untuk mencoba beriklan di mendia channel lainnya seperti social media. Dari sini Anda dapat mengukur tingkat keberhasilan masing-masing media channel, mana yang paling tepat Anda gunakan dan mana yang harusnya Anda tinggalkan.

3. Trial

Bila merasa masih belum cukup percaya diri dalam menjalankan campaign iklan, Anda dapat melakukan trial dengan budget kecil disalah satu media channel dengan jangka waktu 1 bulan. Bila yang dirasa adalah cukup baik hasilnya, maka Anda dapat menetapkan angka budget yang sesungguhnya dengan jangka waktu yang lebih lama untuk beriklan.

Itulah tadi metode dan tips dalam mengontrol budget iklan Anda agar lebih dapat efektif. Dalam dunia digital marketing terdapat sekali media channel yang dapat digunakan untuk beriklan, tentunya setiap channel tersebut memiliki keunikan dan tingkat keefektifannya masing-masing. Bagaimanapun, budget dalam beriklan merupakan bentuk investasi yang seharusnya menjadi keuntungan di masa depan.

Agar dapat mendapatkan hasil beriklan yang memuaskan, Anda dapat berkonsultasi dengan tim digital marketing 8commerce melalui halaman ini. Semoga sukses!

Recent Post

How to Use Social Media to Boost E-Commerce Conversions

Indonesia has around 170 million active social media users, the largest after China and India. This makes social media among the leading avenues for you to market and advertises your products and services. With such a big user base, you will be able to reach many...

How to Upsell and Cross-Sell on Your Online Store

Cross-selling and upselling increases your average order value, creating revenue and profit at very low incremental cost and most importantly build upon your relationships with your customers. Here you can learn more about these two fantastic techniques. What is...

When is the right time to outsource your fulfilment needs?

It is very common for scaled-up businesses and small and mid-sized enterprises (SMEs) to bring their operations in-house as a starting point, but as the business grows, pain points start to show. For example, making the tough decision of whether it’s more beneficial...

A beginner’s guide to fulfilment

If you are just starting an online business or you’ve been selling online for a while, you’ve probably thought about how to send your orders to your customers and what packaging you are going to send it in. Or you might be considering streamlining your fulfilment...

The history of e-fulfilment center

In this article, we are going to learn about the interesting evolution from traditional warehouses to the modern e-fulfilment centers and the role they play as the logistics nerve center of E-Commerce. Fulfillment centers have been revolutionizing the way business is...

Getting to know WMS and OMS, the backbone of e-fulfilment center

As online businesses grow in size and sophistication, they require two essential systems: an order management system (OMS) to manage front-end order processing and a warehouse management system (WMS) to manage back-end order fulfillment. Eventually you’ll need tight...

5 Tips to improve your e-commerce site

5 Tips to improve your e-commerce site Whenever they are browsing online, regardless of whether it’s to buy a product/service or research something, prospective buyers often pay attention to the website’s layout. If a particular website’s design is clunky and...

Choose the right fulfilment center. Follow these guides!

A fulfillment center is often referred to as a third-party logistics (3PL) provider. Some people think a fulfillment center and warehouse serve the same purpose, which is not the case. Fulfillment centers have bigger functions than warehouses. The main role of a...