Mengenal Perbedaan Native Advertising & Konten Bersponsor

Apr 19, 2017 | Insight

Content Marketing vs Native Advertising bodyPerkembangan periklanan digital semakin canggih. Jika dulu kita mengenal banner Ads, pop Ads, text Ads, links Ads, dan search Ads, kini ada trend baru dalam iklan digital yang dilihat lebih efektif, mempunyai relevansi tinggi dengan konten website dan lebih tahu apa sih target Anda sebenarnya. Tren baru tersebut native Advertising atau disingkat native Ads.

Secara kasat mata, kita sudah dapat melihat native advertising dan konten bersponsor di mana-mana. Walaupun masih banyak pengiklan yang terlihat ragu akan efektivitas native advertising, sebenarnya terdapat kesamaan antara cara konsumen melihat konten editorial original dan native advertising. Inilah yang berpotensi untuk menarik para brand yang ingin bereksperimen dan yang ingin memaksimalkan content marketing mereka melalui artikel bersponsor.

Apa sih Native Ad itu? Sifatnya meyakinkan atau menginformasikan? Bagaimana dengan konten bersponsor?

Semuanya akan dibahas dibawah ini, simak yuk!

Seiring dengan perkembangan content marketing di Indonesia, ada dua buzzword yang cukup ramai dibicarakan kalangan brand dan marketer – kedua kata tersebut adalah sponsored content (konten bersponsor) dan native advertising. Karena kemiripan bentuknya, kedua istilah ini sering sekali tertukar.

Native Advertising adalah jenis periklanan digital yang menyesuaikan dengan konten artikel baik berupa text, audio, ataupun video yang terletak didalam sebuah website. Artinya, iklan jenis Native Ads ini menyatu dengan konten website sehingga visitor akan sulit membedakan mana iklan dan mana konten yang asli.

Meyakinkan atau Menginformasikan?

Pada dasarnya, Native Ad dan konten bersponsor memiliki bentuk yang sama, yaitu materi promosi yang “menyamar” di antara konten dalam situs web atau blog. Keduanya memang sama-sama tidak menggangu user experience, tetapi yang membedakan keduanya adalah dari cara menyampaikan informasi.  

Native ad adalah advertorial di era digital. Native ad dapat berbentuk apapun—banner ad, artikel, konten multimedia, dan bentuk lainnya. Native ad menyampaikan pesan promosinya lewat konten yang berusaha untuk meyakinkan konsumen untuk melakukan sesuatu—membeli produk mereka, sebagai contoh. 

Konsumen lebih cenderung untuk melihat native ad ketimbang menyimak bentuk lain dari iklan seperti banner ad. Ini membuktikan bahwa iklan berbentuk banner ad kini sudah mulai diacuhkan oleh para pembaca. Mereka lebih senang melihat native ad yang relevan dengan apa yang mereka cari, daripada harus terganggu oleh tampilan banner ad atau pop-up yang seringkali tidak nyambung dengan artikel yang mereka baca.

Baca Juga : 7 things Why Shoppers Leave Your E-Commerce Site [INFOGRAPHIC]

Tujuan utama dari native ad adalah mempromosikan brand atau produk, bukan memberikan informasi yang akan berguna untuk pembaca pada umumnya.

Mempromosikan sebuah brand

Informatif, kredibel, dan berguna

Seringkali istilah konten bersponsor disamakan dengan native ad. Sebenrnya konten bersponsor adalah salah satu bentuk dari native ad.

Lain halnya dengan native ad secara umum, konten bersponsor adalah salah satu bentuk dari native ad yang dalam penyajiannya lebih informatif, kredibel, serta memberikan nilai tambah tersendiri bagi pembaca.

Seringkali istilah konten bersponsor disamakan dengan native ad. Konten bersponsor sudah pasti adalah native ad, sementara native ad belum tentu hanya konten bersponsor. Bingung?

Nah, itu karena konten bersponsor tidak selalu bersifat promosi. Faktanya, konten bersponsor itu justru dibuat oleh media yang bekerja sama deng brand untuk menghadirkan informasi yang biasanya tidak ditemukan pada artikel atau konten – seperti data riset internal perusahaan. Strategi ini dilakukan untuk memosisikan suatu brand atau perusahaan sebagai pakar dalam industri mereka.

Baca Juga : Cara Meningkatkan Performa Toko Online Anda di Tahun 2017

Akankah native Ad menggeser dominasi Google AdSense dan Facebook?

Saat ini Google AdSense dan Facebook mendominasi iklan digital jenis banner Ads, links Ads, dan Search Ads. Namun, sampai saat ini belum terlihat iklan jenis native Ads. Tak bisa diprediksi bahwa AdSense dan Facebook akan tergeser posisinya oleh versi iklan baru ini. Mungkin bisa dilakukan riset pasar terlebih dahulu jika ingin memasang jenis iklan seperti native Ad.

Ketika Anda mencoba untuk mencari keyword “membuat website sendiri” di Google, akan muncul beberapa suguhan tautan yang memiliki tanda “Ad” di depannya. Kumpulan tautan tersebut bersifat native ad, tetapi tidak termasuk dalam konten bersponsor.

Kesimpulan:

Jadi, kunci kesuksesan dari native advertising adalah dengan menyajikan konten berbayar yang berkualitas sama dengan konten original lain yang ada di dalam website, sehingga pembaca tidak merasa bahwa mereka sedang membaca sebuah artikel bersponsor.

Di masa depan, tentunya akan lebih banyak lagi penyedia konten yang akan menyajikan artikel berbayar dengan pembahasan yang jauh lebih baik. Ini menjadi indikasi yang baik karena nantinya iklan yang ada sudah bertransformasi menjadi sebuah artikel yang informatif dan para penyedia konten dapat meninggalkan penggunaan banner ads yang mengganggu pengalaman pembaca.

Video : 6 Aturan Wajib Menulis Artikel yang Hits untuk Website

Recent Post

How to Use Social Media to Boost E-Commerce Conversions

Indonesia has around 170 million active social media users, the largest after China and India. This makes social media among the leading avenues for you to market and advertises your products and services. With such a big user base, you will be able to reach many...

How to Upsell and Cross-Sell on Your Online Store

Cross-selling and upselling increases your average order value, creating revenue and profit at very low incremental cost and most importantly build upon your relationships with your customers. Here you can learn more about these two fantastic techniques. What is...

When is the right time to outsource your fulfilment needs?

It is very common for scaled-up businesses and small and mid-sized enterprises (SMEs) to bring their operations in-house as a starting point, but as the business grows, pain points start to show. For example, making the tough decision of whether it’s more beneficial...

A beginner’s guide to fulfilment

If you are just starting an online business or you’ve been selling online for a while, you’ve probably thought about how to send your orders to your customers and what packaging you are going to send it in. Or you might be considering streamlining your fulfilment...

The history of e-fulfilment center

In this article, we are going to learn about the interesting evolution from traditional warehouses to the modern e-fulfilment centers and the role they play as the logistics nerve center of E-Commerce. Fulfillment centers have been revolutionizing the way business is...

Getting to know WMS and OMS, the backbone of e-fulfilment center

As online businesses grow in size and sophistication, they require two essential systems: an order management system (OMS) to manage front-end order processing and a warehouse management system (WMS) to manage back-end order fulfillment. Eventually you’ll need tight...

5 Tips to improve your e-commerce site

5 Tips to improve your e-commerce site Whenever they are browsing online, regardless of whether it’s to buy a product/service or research something, prospective buyers often pay attention to the website’s layout. If a particular website’s design is clunky and...

Choose the right fulfilment center. Follow these guides!

A fulfillment center is often referred to as a third-party logistics (3PL) provider. Some people think a fulfillment center and warehouse serve the same purpose, which is not the case. Fulfillment centers have bigger functions than warehouses. The main role of a...