Di negara berkembang seperti Indonesia, sangat sedikit orang yang memiliki kartu kredit. Hal ini menjadi suatu kesulitan tersendiri bagi para pelaku e-commerce. Banyak yang mengandalkan cara pembayaran dengan proses yang lebih rumit, seperti transfer ATM. Fenomena inilah yang akhirnya memicu kemunculan metode pembayaran baru, yaitu Cash on Delivery (COD). Dengan COD, pelanggan bisa memesan suatu barang melalui online, kemudian membayarnya dengan uang tunai secara langsung saat produk diterima. Hasilnya, masyarakat Indonesia menyukai sistem pembayaran ini karena dianggap lebih mudah.
Para pemilik situs e-commerce menjadikan COD sebagia senjata baru untuk mengajak lebih banyak orang berbelanja online. Namun, tahukah Anda bahwa ternyata di sisi lain, COD adalah sistem yang cukup merepotkan dan berisiko dibandingkan dengan sistem pembayaran lainnya. Apa sajakah? Berikut ini ulasannya.
Tingginya Potensi Pembatalan Transaksi
Vice President Marketing elevenia, Madeleine Ong De Guzman mengaku bahwa dia kurang menyukai sistem pembayaran COD. Pada acara IESE 2016, wanita yang akrab dipanggil Mads mengungkapkan bahwa sampai saat ini elevenia masih belum menyediakan pembayaran COD.
Dia menjelaskan bahwa dalam metode COD, pembeli sering kali berubah pikiran saat barang yang mereka pesan sampai ke rumah, dan akhirnya membatalkan transaksi. Terkadang, para pembeli mengatakan bahwa mereka tidak memesan barang tersebut. Selain itu, mereka juga mencoba barang yang dikirimkan, tapi kemudian menolaknya karena tidak cocok.
Pembatalan transaksi COD juga bisa menimbulkan masalah lain. Saat pembeli menolak barang, sang kurir akan bingung ke manakah mereka akan mengembalikan barang.
Perusahaan Logistik Tidak Tertarik Menggunakannya
Kerumitan dalam transaksi COD diakui oleh CEO Interim dari PT. Pos Indonesia, Yan Hendry Jauwena. Memang, Badan Usah Milik Negara (BUMN) tersebut membuka layanan COD, tapi Yan mengungkapkan kalau pihaknya cenderung enggan memakai pilihan pembayaran tersebut.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Deputi GM Express II di JNE Express, Trian Yuserma. “Kami memang menyediakan layanan COD, tapi sebaiknya para pelaku e-commerce tidak mengandalkannya.”
Trian berharap para pembeli di situs e-commerce yang memilih layanan COD sebaiknya bertempat tinggal di wilayah perkotaan. Sebab, saat ini JNE masih kesulitan menerapkan layanan COD ke daerah pelosok.
Apa Solusi yang Dibutuhkan?
Sebagai pimpinan dari perusahaan logistik, Hadi Kuncoro mengakui kalau ada beberapa kerumitan dalam proses pembayaran COD. Namun, menurutnya COD tetap dibutuhkan, dan banyak situs e-commerce yang menginginkan layanan itu.
Untuk mengatasi masalah-masalah yang biasa terjadi dalam proses COD, ada tiga hal yang perlu dilakukan oleh para perusahaan logistik. Pertama, meningkatkan kontrol terhadap kurir. Kedua, memperkuat teknologi pelacakan, baik dalam pergerakan kurir atau penyelesaian pembayaran. Dan yang ketiga, bekerja sama dengan berbagai pihak.